Alkisah ada seorang pemuda. Ia tidak bisa mengaji maupun sembahyang. Tapi si pemuda memiliki keinginan kuat memiliki istri anak Pak Kyai. Cerita ini berasal dari Jawa Timur. Kebetulan Pak Kyai di kampung memiliki dua orang anak perempuan yang masih gadis. Si pemuda pernah mendengar Pak Kyai menasihati anaknya, bahwa ia ingin memiliki menantu yang hapal Qur'an tiga puluh juz. Jika tidak hapal Qur'an, maka Pak Kyai tidak akan menerimanya sebagai menantu.
Mengetahui hal tersebut, si pemuda merasa sangat gembira karena memiliki kesempatan memperistri anak Pak Kyai. Namun karena kebodohannya, si pemuda mengira bahwa yang bisa diterima oleh Pak Kyai sebagai menantu adalah orang yang memiliki Qur'an banyak sekali. Maka mencurilah ia Qur'an banyak-banyak kemudian dipikulnya Qur'an yang banyak tersebut lewat di depan rumah Pak Kyai.
Pak Kyai melihatnya dan meminta si pemuda singgah sebentar di rumahnya. “Nak, kemarilah. Ananda dari mana? Apa yang Ananda pikul di pundak itu?”
“Oh ini kitab Qur'an Pak Kyai. Saya dari Banyuwangi baru pulang belajar mengaji. Saya tergesa-gesa mau segera pulang.” jawab si pemuda berbohong.
“Ananda dari Banyuwangi rupanya. Kalau bisa tinggallah sebentar disini. Tapi kalau tidak bisa ya tidak apa-apa. Ini saya beri ongkos pulang. Kitab-kitab itu simpanlah disini saja. Tiga hari kemudian ananda datang lagi kemari bagaimana?” kata Pak Kyai yang merasa tertarik dengan si pemuda.
Setelah terdiam sejenak akhirnya si pemuda bersedia. “Baiklah Pak Kyai, kitab-kitab ini saya simpan saja di rumah Pak Kyai. Tiga hari lagi saya datang kemari.”
Si pemuda Kembali Datang Ke Rumah Pak Kyai
Tiga hari kemudian si pemuda kembali datang ke rumah Pak Kyai. “Apa ananda sudah menikah?” tanya Pak Kyai.
“Belum Pak Kyai.” jawab si pemuda.
Pak Kyai kemudian menawarkan si pemuda agar menikah dengan putrinya dan si pemuda mau mengamalkan ilmunya. “Begini saja, bagaimana kalau ananda mengamalkan ilmu agama ananda disini. Menikahlah dengan putriku. Ananda tidak perlu bekerja. Setiap hari paling hanya berkeliling sawah dan mengajar agama.”
Si pemuda berpura-pura berpikir dengan tawaran Pak Kyai, padahal di dalam hatinya sangat senang sekali karena impiannya menikahi putri Pak Kyai sudah di depan mata. Akhirnya si jejaka menyetujui permintaan Pak Kyai. “Baiklah Pak Kyai saya bersedia menikahi putri Pak Kyai.”
Menjadi Menantu Pak Kyai
Akhirnya menikahlah si pemuda dengan putri Pak Kyai. Bukan main betapa bahagianya si pemuda karena impiannya telah tercapai. Dia beserta istrinya dibuatkan rumah sendiri.
Setelah setengah tahun menikah, Pak Kyai mulai merasa ada hal yang tidak beres dengan menantunya. Bagaimana tidak, Pak Kyai mengira bahwa menantunya adalah seorang yang berilmu agama, namun ia tidak pernah sekalipun mendengar si menantu mengaji.
“Kenapa suami kakakmu itu tidak pernah terdengar membaca Qur'an?” tanya Pak Kyai pada anaknya yang kecil.
Anak Pak Kyai yang kecil kemudian menyampaikan hal itu pada si pemuda. “Kak, ayah merasa heran mengapa kakak tidak pernah terdengar mengaji?”
Khawatir mertuanya marah, sekitar jam 12 malam terdengarlah suara si pemuda mengaji: ”Bismillah hirrokhmanirrahim. Kul kollu. Gellondhang kol lu. Gempol pait.” Ia terus mengulang-ulang bacaannya itu, yang entah apa artinya.
Keesokan harinya Pak Kyai memanggil menantunya itu. “Nak, jangan salah paham. Tadi malam ayat mana itu yang kamu baca?”
“Oh itu ayat ini Pak, ayat ini.” kata si pemuda sambil menunjuk-nunjuk halaman Qur'an.
Si Pemuda Diusir Pak Kyai
Akhirnya Pak Kyai sadar bahwa menantunya itu tidak dapat mengaji. “Jadi selama ini kamu membohongi saya? Berani sekali kamu berbuat begitu.” kata Pak Kyai marah. “Kalau begitu, pergilah kamu dari rumah ini! Terserah anakku mau ikut kamu atau tidak.” Pak Kyai mengusir menantunya.
“Dik, ayahmu mengusir aku karena telah berbohong. Terserah adik mau ikut aku atau tinggal disini.” kata si pemuda kepada istrinya.
Istrinya mengatakan akan ikut suaminya apapun yang terjadi. Akhirnya mereka berdua pergi meninggalkan rumah dan kemudian menyewa sebuah rumah kecil di pinggir sawah. Hidup mereka berubah drastis dari yang sebelumnya enak menjadi susah. Tapi istrinya tetap setia dengan suaminya.
Ular Berbisa Menjadi Emas
“Dik, kenapa kerjamu hanya sembahyang saja. Sembahyang tidak bisa dimakan.” si pemuda protes dengan istrinya yang rajin beribadah.
“Kak, tugas manusia di dunia ini ya ibadah. Rezeki itu Allah yang memberi.” kata istrinya.
“Ya sudah makanlah dengan sembahyang itu.” si pemuda marah. Ia kemudian pergi ke hutan untuk mencari ular berbisa. Setelah dapat, ditangkapnya ular tersebut, kemudian ia letakkan di dekat istrinya yang tengah sembahyang dengan tujuan si ular menggigit istrinya hingga mati.
Selesai sembahyang, si istri memanggil suaminya. “Kak, ambillah ini.” Si pemuda kaget karena istrinya masih hidup dan ular berbisa tadi telah berubah menjadi emas. Mereka pun bergembira dan hidup berfoya-foya dari hasil penjualan emas tersebut.
Menjual Anjing
Tidak lama kemudian merekapun kembali hidup susah karena harta telah habis. Si pemuda kemudian berpikir untuk menjual anjing miliknya untuk biaya hidup. “Dik, bawalah anjing ini ke pasar untuk dijual.” Istrinya kemudian memasukan ajing tersebut ke dalam keranjang dan dibawanya ke pasar untuk dijual.
Di pasar, anjing tersebut ditawarkannya pada seorang pedagang cina. “Tuan, tolong belilah anjing ini berapa saja harganya.”
Si pedagang cina terkejut saat melihat ke dalam keranjang karena isinya bukan anjing melainkan emas. “Begini saja, anjing milikmu ditukar dengan toko milikku ini.”
Istri si pemuda kaget dengan jawaban si pedagang. Tentu saja ia mau anjingnya ditukar dengan toko. Setelah memanggil beberapa saksi untuk transaksi penukaran, si istri kemdian tinggal di toko miliknya, sementara si pedagang mengambil keranjang yang ia bawa.
Menjadi Pemilik Toko
Sementara itu si pemuda gelisah menunggu istrinya di rumah karena telah beberapa hari belum pulang. Si pemuda akhirnya menyusul istrinya ke pasar. Setibanya di pasar, si pemuda merasa heran karena istrinya tengah menunggu di sebuah toko. “Hai Dik? Kenapa tidak pulang ke rumah? Malah menunggu di toko ini. Memangnya ini toko milik siapa?”
“Toko ini ditukar dengan anjing milik kakak. Ini toko milik kita Kak. Tapi ada syaratnya.” jawab istrinya.
“Apa syaratnya?” tanya si pemuda.
“Syaratnya kakak harus mau belajar ilmu agama, mengaji dan sembahyang. Nanti saya yang akan memberikan pelajaran.” kata istrinya.
“Baiklah kalau begitu. Aku akan belajar agama padamu Dik.” si pemuda menyanggupi.
Sejak saat itu si pemuda menjadi tekun beribadah dan mempelajari agama dari istrinya. Mereka akhirnya hidup bahagia.
Referensi:
I.B. Mantra, Astrid S, Susanto, Budi Susanto, Singgih Wibisono, Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Anda baru saja membaca cerita rakyat Menantu Pak Kyai. Jika memiliki pertanyaan atau komentar mengenai cerita rakyat ini, silahkan tulis pada bagian komentar di bawah. Terima kasih telah mengunjungi caritasato.blogspot.com.
Jika anda menyukai cerita rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media sosial atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Jawa Timur lainnya:
Anda baru saja membaca cerita rakyat Menantu Pak Kyai. Jika memiliki pertanyaan atau komentar mengenai cerita rakyat ini, silahkan tulis pada bagian komentar di bawah. Terima kasih telah mengunjungi caritasato.blogspot.com.
Jika anda menyukai cerita rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media sosial atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Jawa Timur lainnya:
- Inu Kertapati
- Asal Usul Kota Banyuwangi
- Keong Emas
- Damar Wulan Dan Menakjingga
- Cindelaras
- Joko Dolog
- Asal Usul Nama Surabaya
- Aryo Menak
- Burung Gagak yang sombong
- Buah Jeruk Emas
- Asal Mula Ayam Hutan
- Orang desa Tingan tidak boleh berjodohan dengan orang desa Kapal
- Kyai Bonten dan Ki Jalono
- Irapati dan Seekor Buaya
- Orang Desa Tanggungan Tidak Boleh Makan Ikan Tageh
- Asal Mula Kata Babah
- Asal Mula Pohon Jati Besar-Besar
- Burung Gelatik dan Burung Betet
- Asal mula mengapa sungai berkelok-kelok
- Sandhekala
- Hai hai aku sudah tahu
- Pak Mendong dan Mbok Mendong
- Paduan Nama yang Baik
- Benda Ajaibnya Kucing
- Menantu Pak Kyai
Labels:
Jawa Timur
0 Komentar untuk "Menantu Pak Kyai"